Home H o m eActivitiesStatementsContact Us Intel(R)

Bahasa Indonesia


H o m e
Organization
Working Agenda
Target
Contact
Activities
Photos Galery
N e w s
R e s e r v e
Miscellenous
Statements
Statement 01
Statement 02
Statement 03
Statement 04
Statement 05
eMail

Pakorba
P a k o r b a


TANGKAP TOMMY SUHARTO !!


Perintah lisan Presiden KH. Abdurrahman Wahid kepada Kapolda untuk menangkap Tommy Mandala Putra, putra bungsu mantan diktator Suharto pada waktu berdialog dengan masyarakat seusai shalat Jumat hari ini agak mengejutkan, namun sepatutnya segera ditindaklanjuti dengan perintah tertulis yang harus segera pula dilaksanakan oleh penerima perintah Presiden Panglima Tertinggi TNI itu. Sebenarnya kelambanan dan kelambatan bertindak Pemerintah Presiden Gus Dur dan aparat kepolisian dan keamanannya terhadap para pengacau, perusuh dan dalang-dalangnya merupakan sumber dari ketidakpastian hukum dan merebaknya tindak kekerasan yang makin brutal dan biadab. Memang dilemanya adalah bahwa hampir seluruh aparat Pemerintahan termasuk aparat keamanan dan intelijen adalah aparatnya Orde Baru Suharto.

Pada sisi lain ketidaktegasan kebijakan Presiden Gus Dur dalam hal-hal prinsip seperti pengadilan terhadap Suharto atas tindakan -tindakan pelanggaran Hak Asasi Manusia dan tindakan-tindakan kejahatan terhdap kemanusiaan yang dilakukan selama berkuasa 32 tahun, maupun pengadilan terhadap para konseptor, pimpinan komando dan pelaku pembumihangusan Timor Timur pasca jajak pendapat 1999 juga merupakan penyebab makin maraknya tindakan-tindakan kekerasan dalam berbagai bentuk. Para tokoh dan orang- orang tidak bermoral itu merasa tidak berani disentuh oleh hukum dan pihak kepolisian. Lihat saja milisi-milisi pro integrasi yang terus buas di daerah-daerah penampungan pengungsi di Timor Barat yang ternyata tidak dilucuti senjatanya, tidak pernah ditangkap walaupun berbuat kejahatan dan kekerasan. Atau "perang agama" di Maluku yang sebenarnya dalang dan provokator lapangannya dikatahui. Atau pengeboman berkali-kali terutama sejak gedung Kejaksaan Agung, Kedutaan Filipina, Kedutaan Malaysia dan terakhir gedung Bursa Efek Jakarta, ataupun pengeboman-pengeboman kecil di Medan dan lain-lain yang belum dapat diungkap oleh Kepolisian RI, walaupun sebagian bom (gedung Kejaksaan Agung) sudah jelas identifikasinya. Demikian pula penculikan dan pembunuhan yang terus berlangsung di Aceh hingga detik ini walaupun Jeda Kemanusiaan sudah diberlalukan dan bahkan kini diperpanjang.

Oleh karena itu, walaupun belum ada kejelasan mengenai perintah lisan Presiden Gus Dur itu, namun kami menyambut gembira pernyataan tegas seperti itu dan mendukung pelaksanaannya dengan segera. Kami sungguh berharap bahwa kali ini Presiden Gus Dur serius karena harkat dan martabat bangsa ini benar-benar makin hancur oleh perbuatan sisa-sisa kekuatan Suharto dan kroninya yang memang masih cukup kuat walaupun tidak memiliki nurani manusia dan moralitas. Tentu saja bukan cuma Tommy Suharto yang setiap kali akan diperiksa ada-ada saja kejadian penembakan atau pengeboman, melainkan juga pihak-pihak lain, baik yang militer maupun yang sipil yang jelas-jelas memicu berbagai sentimen permusuhan dan mendorong konflik-konflik horisontal. Kami yakin Presiden Gus Dur memilik sumber informasi yang cukup mengenai orang-orang itu. Kami anjurkan agar Presiden Gus Dur untuk menentukan to be or not to be dalam menegakkan hukum, demokratisasi atau reformasi seperti yang disuarakan sejak menjelang lengsernya diktator Suharto.

Jangan biarkan kekerasan dan premanisme membudaya di Bumi Pertiwi ini. Kembalikanlah nurani bangsa Indonesia sebagai bangsa beradab yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta menerima dan menghargai kepelbagaian dan kemajemukan masyarakat baik dari aspek agama, ideologi dan etnisitas.

Jakarta, 15 September 2000

Gustaf Dupe
Koordinator


Back

Forward

Back to Top