|
TANGKAP TOMMY SUHARTO !!
Perintah lisan Presiden KH. Abdurrahman Wahid kepada Kapolda untuk menangkap Tommy Mandala Putra,
putra bungsu mantan diktator Suharto pada waktu berdialog dengan masyarakat seusai shalat Jumat hari
ini agak mengejutkan, namun sepatutnya segera ditindaklanjuti dengan perintah tertulis yang harus
segera pula dilaksanakan oleh penerima perintah Presiden Panglima Tertinggi TNI itu. Sebenarnya
kelambanan dan kelambatan bertindak Pemerintah Presiden Gus Dur dan aparat kepolisian dan keamanannya
terhadap para pengacau, perusuh dan dalang-dalangnya merupakan sumber dari ketidakpastian hukum dan
merebaknya tindak kekerasan yang makin brutal dan biadab. Memang dilemanya adalah bahwa hampir seluruh
aparat Pemerintahan termasuk aparat keamanan dan intelijen adalah aparatnya Orde Baru Suharto.
Pada sisi lain ketidaktegasan kebijakan Presiden Gus Dur dalam hal-hal prinsip seperti pengadilan terhadap
Suharto atas tindakan -tindakan pelanggaran Hak Asasi Manusia dan tindakan-tindakan kejahatan terhdap
kemanusiaan yang dilakukan selama berkuasa 32 tahun, maupun pengadilan terhadap para konseptor,
pimpinan komando dan pelaku pembumihangusan Timor Timur pasca jajak pendapat 1999 juga merupakan
penyebab makin maraknya tindakan-tindakan kekerasan dalam berbagai bentuk. Para tokoh dan orang-
orang tidak bermoral itu merasa tidak berani disentuh oleh hukum dan pihak kepolisian. Lihat saja
milisi-milisi pro integrasi yang terus buas di daerah-daerah penampungan pengungsi di Timor Barat
yang ternyata tidak dilucuti senjatanya, tidak pernah ditangkap walaupun berbuat kejahatan dan
kekerasan. Atau "perang agama" di Maluku yang sebenarnya dalang dan provokator lapangannya
dikatahui. Atau pengeboman berkali-kali terutama sejak gedung Kejaksaan Agung, Kedutaan Filipina,
Kedutaan Malaysia dan terakhir gedung Bursa Efek Jakarta, ataupun pengeboman-pengeboman kecil di
Medan dan lain-lain yang belum dapat diungkap oleh Kepolisian RI, walaupun sebagian bom (gedung
Kejaksaan Agung) sudah jelas identifikasinya. Demikian pula penculikan dan pembunuhan yang terus
berlangsung di Aceh hingga detik ini walaupun Jeda Kemanusiaan sudah diberlalukan dan bahkan kini
diperpanjang.
Oleh karena itu, walaupun belum ada kejelasan mengenai perintah lisan Presiden Gus Dur itu, namun kami menyambut gembira pernyataan tegas seperti itu dan mendukung pelaksanaannya dengan segera. Kami sungguh berharap bahwa kali ini Presiden Gus Dur serius karena harkat dan martabat bangsa ini benar-benar makin hancur oleh perbuatan sisa-sisa kekuatan Suharto dan kroninya yang memang masih cukup kuat walaupun tidak memiliki nurani manusia dan moralitas. Tentu saja bukan cuma Tommy Suharto yang setiap kali akan diperiksa ada-ada saja kejadian penembakan atau pengeboman, melainkan juga pihak-pihak lain, baik yang militer maupun yang sipil yang jelas-jelas memicu berbagai sentimen permusuhan dan mendorong konflik-konflik horisontal. Kami yakin Presiden Gus Dur memilik sumber informasi yang cukup mengenai orang-orang itu. Kami anjurkan agar Presiden Gus Dur untuk menentukan to be or not to be dalam menegakkan hukum, demokratisasi atau reformasi seperti yang disuarakan sejak menjelang lengsernya diktator Suharto.
Jangan biarkan kekerasan dan premanisme membudaya di Bumi Pertiwi ini. Kembalikanlah nurani bangsa Indonesia sebagai bangsa beradab yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta menerima dan menghargai kepelbagaian dan kemajemukan masyarakat baik dari aspek agama, ideologi dan etnisitas.
Jakarta, 15 September 2000
Gustaf Dupe
Koordinator
Back
Forward
|